REAKSI-REAKSI
SPESIFIK PADA PROTEIN
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang reaksi-reaksi
spesifik pada protein, pertama kita akan bahas dulu mengenai definisi dari
protein, dimana protein sendiri adalah suatu senyawa organik yang mempunyai
ikatan peptida dan berasal dari monomer asam amino. Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam
amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada
atom karbon dari posisi gugus –COOH (Poedjiadi, 1994
).
Kata protein berasal dari kata
protos atau proteous yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan
komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu berperan dalam pembentukkan dan
pertumbuhan tubuh. Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses
kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu
protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir
darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh bagian tubuh adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat
yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga
suatu protein (Poedjiadi,1994).
Protein mempunyai molekul besar dengan
bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh
asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis
asam amino yang terdapat dalam molekul protein. asam-asam amino ini terikat
satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudah dipengatuhi oleh suhu
tinggi, PH dan pelarut organik (Poedjiadi, 1994).
Protein
berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan molekul lain
seperti oksigen, mendukung secara mekanis sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
menghasilkan pergerakan tubuh, sebagai transmitor gerakansyaraf dan
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan. Analisa elementer protein menghasilkan
unsur-unsur C, H, N dan 0 dan sering juga S. Disamping itubeberapa protein juga
mengandung unsur-unsur lain, terutama P, Fe, Zi dan Cu (Katili, 2009).
Ada empat tingkat
struktur dasar protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan
kuartener.
1. Struktur primer
terkait mengenai
terbentuknya rantai-rantai dengan ikatan-ikatan peptida dimana jumlah, macam,
dan cara terkaitnya (urutan) asam-asam
amino mempunyai peranan penting. 2
2. Struktur sekunder
terkait mengenai berlilitnya rantai-rantai polipeptida sampai
terbentuknya suatu struktur spiral
karena terjadi ikatan hidrogen.
3. Struktur tersier,
rantai-rantai
polipeptida yang berlilit itu bergabung satu dengan yang laindengan pertolongan
ikatan yang lemah yakni ikatan hidrogen dan Van Der Wals sampai terbentuknya
lapisan, serat atau biji.
4. Struktur kuartener,
tidak semua protein mempunyai struktur
kuartener, hanya jika protein itu terdisi atas 2 atau 4 rantai polipeptida yang
tergabung oleh gaya bukan ikatan kovalen (bukan ikatan peptide atau disulfida).
Asam
amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil
(-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya
dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom
C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat
amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada
larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion.
Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah
satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein.
Protein tersusun dari berbagai asam
amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida. Meskipun demikian,
pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal
sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein
(proteinogenik). Seperti halnya senyawa-senyawa lainnya, asam amino dan
protein juga dapat mengalami reaksi-reaksi spesifik. Reaksi- reaksi
spesifik pada asam amino dan protein pun ada beberapa macam antara lain reaksi
dengan pereaksi millon, ninhidrin, nitroprussida, sistin, sistein.
Reaksi
sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan natrium hipobromit.
Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada gugus
guanidin. Jadi, arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan
warna merah (Lehninger, 1990).
Asam amino sendiri tidak berwarna dan tidak
dapat dideteksi secara visual pada kromatografi atau cara analisis lainnya.
Dengan mengubahnya menjadi senyawa yang berwarna, kita dapat melihatnya. Reaksi
warna yang penting dari asam amino adalah reaksinya dengan ninhydrin karena
intensitas warna yang terbentuk pada reaksi ninhydrin ini sebanding dengan
konsentrasi asam aminonya maka reaksi ini dapat dipakai untuk analisa
kuantitatif. Contohnya: reaksi ninhydrin ini dipakai pada alat analisa otomatik
asam amino, suatu alat untuk memisahkan asam amino dengan memakai kolom penukar
ion dan ditentukan konsentrasi relatifnya (Fessenden dan Fessenden, 1994).
Pada
polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu
asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya
akan terlepas dan membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam
reaksi dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air
dikatakan disebut dalam bentuk residu asam amino (Anonim, 2011).
Adapun sifat-sifat dari protein yang
membedakannya dari senyawa makromolekul lainnya yakni (Anonim, 2011) :
1. Bila dibakar berbau rambut terbakar.
2.
Diendapkan oleh garam-garam logam berat,
misalnya air raksa, timah putih dan timah hitam. Hal ini terjadi bila pHnya
lebih alkali, dimana logam berat tersebut terikat pada gugus karboksilnya
membentuk proteinat logam berat. Reaksi protein dengan logam berat ini dipakai
sebagai dasar pertolongan pertama pada keracunan logam berat dengan cara
melakukan pemberian protein susu atau telur mentah kepada korban yang belum
lama meminum racun tersebut.
3. Asam-asam tertentu dapat mengendapkan protein
oleh karena protein mengandung gugus –NH2. Asam-asam semacam ini seringkali
dinamakan sebagai reagensia alkaloid, misalnya asam trikloroasetat, asam
fosfotungstat, asam fosfomolibdat, asam perklorat, asam sulfosalisilat.
4. Protein terutama asam amino yang kandungannya
menghasilkan beberapa reaksi warna, diantaranya:
a.
Reaksi Xantoprotein yang berdasarkan reaksi nitrasi benzena asam amino
aromatik seperti fenilalanin, tirosin,
triptofan.
b.
Reaksi Millon berdasarkan inti fenol bereaksi dengan reagensia Millon, seperti
asam amino tirosin, memberikan warna merah.
c.
Reaksi Sakaguchi berdasarkan adanya gugus guanidin dengan reagensia
Sakaguchi, seperti asam amino arginin,
memberikan warna merah.
d.
Reaksi Biuret berdasarkan adanya dua atau lebih ikatan peptida dengan
reagensia Biuret memberikan warna
lembayung. Berarti semua protein menghasilkan
warna lembayung.
PERMASALAHAN
1)
Apa hubungan
asam amino pada reaksi spesifik protein?
2)
Apa yang
menyebabkan asam-asam tertentu dapat mengendapkan protein?
3)
Mengapa pada
polimerasi asam amino, reaksi yang terjadi tersebut disebut sebagai reaksi
dehidrasi?
4)
Mengapa dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik
?