Jumat, 23 Februari 2018

Pembentukan dan Reaktivitas Senyawa Organometalik

Senyawa Organometalik






Senyawa organometalik atau organologam merupakan senyawa dimana minimal terdapat satu atom karbon dari gugus organik yang berikatan langsung dengan logam pusat. Istilah organologam biasanya didefinisikan agak longgar, dan senyawa yang mengandung ikatan karbon dengan fosfor, arsen, silikon ataupun boron termasuk dalam kategori ini. Tetapi untuk senyawa yang mengandung ikatan antara atom logam dengan oksigen, belerang, nitrogen ataupun dengan suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa organologam. Sebagai contoh suatu alkoksida seperti (C3H7O4)Ti tidaklah termasuk senyawa organologam, karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui atom oksigen. Sedangkan senyawa (C6H5)Ti(OC3H7)3 adalah senyawa organologam karena terdapat satu ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam Ti. Dari bentuk ikatan pada senyawa organologam, senyawa ini dapat dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik dan anorganik (Cotton dan Wilkinson, 1989). Terdapat dua macam ikatan organologam, yaitu :
1)      Ikatan ionik.
Ikatan ionik organologam terbentuk dari unsur yang sangat elektropositif yaitu unsur pada golongan I, II, dan III. Organologam dengan yang berikatan secara ionik bersifat tak larut dalam pelarut hidrokarbon dan mudah teroksidasi.

ikatan ionik organologam
2)      Ikatan kovalen
Ikatan kovalen organologam  yang mudah menguap terbentuk dari logam Zn, Cd, Hg, dan logam non-transisi gologan III (kecuali aluminium), IV, dan V. Ikatan kovalen ini terbentuk dengan cara memberikan satu elektron tunggalnya, baik dari logam maupun unsur organiknya, untuk dipakai secara bersama. Sifat dari senyawa organologam dengan ikatan kovalen ini mudah menguap, larut dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam air.

 Sifat Fisik dan Sifat Kimia

1.      Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Senyawaan organologam dari logam yang sangat elektropositif biasanya ionik, tidak larut dalam pelarut hidrokarbon, dan sangat reaktif terhadap udara, air, dan sejenisnya. Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionic ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan ion karbon. Senyawaan yang mengandung anion tidak stabil (misalnya CnH2n+1-) umumnya sangat reaktif dan seringkali tidak stabil dan sulit diisolasi. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi rapatan electron lebih stabil meskipun tetap sangat reaktif ; contohnya adalah (C6H5)3C-Na+ dan (C5H5-)2Ca2+.
2.      Senyawaan terikat-σ
Senyawaan organo dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan kovalen normal 2-elektron (sekalipun dalam beberapa kasus dengan sifat ionic yang dapat diterima) dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan rendah dan tentu saja oleh unsure-unsur nonlogam. Hokum valensi normal diterapkan dalam kasus-kasus ini, dan terjadi substitusi parsial halide, hidroksida, dan sebagainya. Dalam kebanyakan senyawaan ini, ikatan terutama adalah kovalen dan kimiawinya dari kimiawi karbon sehubungan dengan factor-faktor berikut :
a.       Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih tinggi seperti dalam contoh, SiR4 yang tidak tampak pada CR4.
b.      Kemampuan donor alkil atau aril dengan pasangan electron menyendiri seperti dalam Pet3, SMe2, dan sebagainya.
c.       Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti dalam ZnR2.
d.      Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara ikatan-ikatan M-C atau C-C
Logam transisi dapat membentuk alkil sederhana atau aril, namun hal ini biasanya kurang stabil daripada senyawaan-senyawaannya dengan unsure-unsur golongan utama. Terdapat banyak senyawaan dimana terdapat ligan tambahan seperti CO atauPR3.
3.      Senyawaan yang terikat secara nonklasik
Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ikatan ionic atau pasangan elektron. Salah satu kelas alkil terdiri atas Li, Be, dan Al yang mempunyai gugus-gugus alkil berjembatan. Di sini, terdapat kekurangan elektron seperti dalam bor hidrida, dan ikatannya mirip jenis yang berpusat banyak. Kelas kedua yang jauh lebih besar terdiri atas senyawaan logam-logam transisi dengan alkena,  alkuna, benzene, dan system cincin lainnya seperti C5H5-. Mula-mula akan diperlihatkan senyawaan organo dari unsure-unsur golongan utama, termasuk yang berikatan nonklasik, dan kemudian pada senyawaan logam transisi.

4.      Organologam biasanya disimpan dalam larutan dalam pelarut organik karena memiliki reaktivitas yang sangat tinggi (terutama dengan H 2 O, O 2 dll)
5.      Carbon-Metal (C-M) dari Organolithium dan organomagnesium (pereaksiGrignard memiliki ikatan σ antara atom C dan logam, ikatan tersebut sangat polar, dan  memiliki ikatan kovalen karena logam tersebut elektropositif.
6.      Pereaksi Grignard merupakan basa kuat karena memilki muatan negatif pada karbon.

  
Senyawa Organologam
SIFAT FISIK
SIFAT KIMIA
Organolithium
Berupa cairan atau padatan bertitik leleh rendah, dan berupa kristal putih (metillithium);
Larut dalam senyawa hidrokarbon dan cairan nonpolar;
Tingkat penguapan tinggi.
Lebih reaktif dibandingkan pereaksi grignard;
Bereaksi cepat dengan oksigen, biasanya secara spontan menyala dalam udara, dengan cairan air, dan dengan uap air.
Organonatrium
dan
Organokalium
Tidak larut dalam senyawa hidrokarbon;
Mudah menguap.
Sangat reaktif;
Terhidrolisis kuat dalam air.
Organomagnesium
Berupa kristal
Reaktif;
Mudah teroksidasi oleh udara;
Mudah terhidrolisis.
  
Organomerkuri
Berupa padatan kristal;
Lebih larut dalam cairan organik daripada air;
Pada alkil atau aril cairan nonpolar, mudah menguap, beracun, tidak berwarna, padatan bertitik leleh rendah;
Zat kovalen nonpolar;
Tidak reaktif terhadap udara dan air;
Organoaluminium
Berupa cairan
Reaktif;
Tidak menyala dalam udara dan tidak meledak dalam air;

Reaksi-reaksi Senyawa Organologam
Reaksi Pembuatan Senyawa Organologam
Terdapat banyak cara untuk membentuk ikatan-ikatan logam antara karbon dengan logam transisi dan nontransisi. Beberapa yang penting adalah sebagai berikut:
1.  Reaksi logam langsung (Frankland, 1848)
     Mg   +   CH3I   →   CH3MgI
                                         eter
2.  Penggunaan zat pengalkilasi
     PCl3   +   3C6H5MgCl →   P(C6H5) + 3MgCl2
     VOCl3   +   3(CH3)SiCH2MgCl →   VO(CH2SiMe3) + 3MgCl2
      PtCl2(Pet3)2   +   CH3MgCl →   PtCl(CH3)(Pet2)2 + MgCl2
3.  Interaksi hidrida logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna
     1/2 B2H6 + 3 C=C → B-(C=C)3
4.  Reaksi oksidasiAdidi
Dimana alkil atau aril halida ditambahkan kepada senyawa logam transisi terkoordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam karbon.
RhCl(PPh3)3   +   CH3I →   RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5.  Reaksi Inseri
Reaksi-reaksi senyawa organologam



Bagan 1. reaksi senyawa organologam dengan senyawa karbonil

Senyawa organometalik dapat dicontohkan pada reaksi reagen Grignard.

      Reaksi Grignard adalah reaksi kimia organologam di mana alkil - atau Aril-magnesium halides (reagen Grignard) menambah gugus karbonil Aldehida atau keton. Reaksi ini adalah alat penting untuk pembentukan ikatan antar karbon. Reaksi Halida organik dengan magnesium bukan reaksi Grignard, tetapi menyediakan peraksi Grignard. Pereaksi Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana X adalah sebuah halogen, dan R adalah sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan pada sebuah cincin benzen). Pereaksi Grignard sederhana bisa berupa CH3CH2MgBr.
Sebuah contoh dari reaksi grignard


Reaksi dan pereaksi Grignard ditemukan oleh dan diberi nama sesuai dengan penemunya yaitu  kimiawan Perancis François Auguste Victor Grignard (Universitas Nancy, Perancis), yang dianugerahi Nobel Kimia tahun 1912 ini bekerja Grignard reagen mirip dengan menghasilkan reagen karena keduanya nukleofil kuat yang dapat membentuk ikatan antar karbon yang baru.
Reagen Grignard berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom karbon elektrofilik yang hadir dalam ikatan polar gugus karbonil. Penambahan pereaksi Grignard untuk karbonil biasanya hasil melalui keadaan transisi enam-beranggota cincin.

Mekanisme dari reaksi Grignard:



Namun, dengan pereaksi Grignard terhalang, reaksi dapat melanjutkan dengan transfer elektron tunggal. Jalur serupa diasumsikan untuk reaksi lain dari reagen Grignard, misalnya, dalam pembentukan ikatan antara karbon-fosfor, timah-karbon, karbon-silikon, boron-karbon dan karbon-heteroatom.

PERMASALAHAN :

1) Mengapa Organolitium lebih reaktif dari pada pereaksi grignard?

2) Apa yang menyebabkan organonatrium dan organokalium tidak larut dalam senyawa hidrokarbon?

3) Bagaimana senyawa ionik dari logam elektropositif pada senyawa organologam dapat terbentuk ? jelaskan!

3 komentar:

  1. Saya Yulia saltiani ajan menjawab permasalah pertama
    Mengapa organo litium lebuh raktif dari pada pereaksi grignard, Karena organolitium sangat reaktif terhadap air dan udara, biasa ternyala dengan sendiri. Ia larut dalam hidrokarbon, mempunyai kemeruapan yang sangat tinggi.

    BalasHapus
  2. Saya Heni Yulianti (A1C116034) akan mencoba menjawab permasalahan kedua.
    Menurut sumber yang saya baca Hal itu disebabkan karena organonatrium dan organokalium merupakan senyawa yang memiliki ikatan ionik yang tidak dapat larut dalam senyawa nonpolar seperti senyawa hidrokarbon. Senyawa yang polar atom atom penyusunnya mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang tinggi. Sebaliknya senyawa yang nopolar, atom-atomnya mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang rendah. Oleh karena itu senyawa polar akan mempunyai dua kutub yang berbeda sehingga sering disebut sebagai dipole, dimana kutub pertama akan bermuatan parsial positif dan kutub lain akan bermuatan parsial negative. Senyawa nonpolar tidak memiliki dua kutub seperti senyawa polar, tetapi ada waktunya senyawa nonpolar tiba-tiba membentuk dua kutub namun sangat tidak stabil yang kemudian disebut sebagai momen dipole sesaat. Organonatrium dan organokalium tidak larut dalam senyawa hidrokarbon, hal ini dikarenakan senyawa hidrokarbon hanya memiliki momen dipole sesaat. Suatu saat ujung pertama senyawa hidrokarbon bermuatan positif dan ujung keduanya bermuatan negative. Maka ujung pertama yang positif akan berinteraksi pada bagian organonatrium ataupun organokalium yang bermuatan parsial negatif dan sebaliknya. Namun, jika tiba-tiba muatan dari senyawa hidrokarbon berganti ujung pertama menjadi negative dan ujung kedua menjadi positif, maka interaksi akan hancur dan rusak. Oleh karena itu antara organonatrium dan organokalium dengan senyawa hidrokarbon tidak akan larut.

    BalasHapus
  3. saya Vicky Adrian (A1C116048) akan menjawab permasalahan ketiga
    senyawa ionik dari logam elektropositif pada senyawa organologam dapat terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah. Senyawaan organo dari logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air. Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan ion karbon. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif.Adapun contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+ dan (C5H5)2Ca2+.

    BalasHapus